Jumat, 20 Juli 2012

Karinding, Budaya Lokal dan Pertanian


Karinding, Budaya Lokal dan Pertanian

Tema:sosial pertanian 


Kata “karinding” sudah sekitar 2 tahun ke belakang ini saya dengar, ya karinding adalah salah satu alat musik tradisional dari daerah Jawa Barat, setelah di tahun-tahun terakhir muncul kembali untuk melestarikan budaya lokal yang di wakili batik dan angklung, nama karinding sedikit demi sedikit muncul kepermukaan.


Karinding adalah alat musik/perkusi khas suku Sunda yang terbuat dari kulit kawung (batang pohon aren) dan bambu (dari wikipedia.org). Karinding memiliki tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada yang disebut cecet ucing (buntut kucing) lalu pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul). Panenggeul jika dipukul oleh tangan akan berfungsi untuk menggerakan jarum. Maka, keluarlah bunyi khas dari karinding. Lalu ada filosofi dari bentuk karinding ini, beberapa waktu lalu saya mendengar obrolan beberapa anak muda Bandung yang sedang membahas karinding tersebut, jika boleh saya simpulkan obrolan mereka, bahwa bentuk alat musik karinding ini seperti patok kayu makam, hal tersebut ditujukan agar yang memainkan karinding terus mengingat akan datangnya kematian, sungguh filosofi yang sangat mengena, terlepas benar atau tidak hal tersebut.

Rasa penasaran saya semakin besar mengenali alat musik karinding ini, karena ada beberapa grup musik bawah tanah di kota Bandung yang mengusung alat musik karinding ini, sebut saja grup Karat (Karinding Attack), sungguh mulia sekali mereka menurut saya, dengan kondisi dewasa ini yang semakin mencerminkan masyarakat kita berbau ke barat-baratan, namun mereka berbeda pakem dalam berinovasi dalam hal musik. 

Yang semakin saya semangat untuk mencari tahu tentang karinding ini adalah keterkaitan alat musik karinding dengan dunia pertanian, dari sumber yang saya dapat, ternyata karinding dulunya dibuat oleh para petani untuk mengusir hama yang menyerang tanaman budidaya mereka, dengan suaranya yang bisa dikatakan “membaung” membuat hama takut untuk mendekat ke areal pertanian. Selain itu karinding dimainkan untuk menghibur petani seusai memanen padi atau saat menjemur hasil panen. Malam harinya karinding dimainkan sebagai wujud sukacita atas hasil panen (dari Liputan Khusus Kompas). 

Bisa disimpulkan bahwa sektor pertanian sudah sejak dulu sangat erat dengan kondisi budaya suatu daerah, multifungsi penggunaan karinding seperti diatas adalah salah satu contohnya.


(Nurjaman,dengan memperoleh data dari berbagai sumber, ilustrasi gambar:google.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar